PADA ZAMAN DAHULU, ada seorang Raja bernama Syah Riyar. Beliau memerintah di sebuah negeri
yang besar dan makmur. Meliputi wilayah China dan India. Tahta agung beliau
merupakan warisan dari ayahnya yang lebih dulu memerintah negeri tersebut.
Baginda
mempunyai seorang adik kandung bernama Syah Zaman, juga seorang raja yang luhur
kewibawaannya. Dengan demikian, tahulah kita baginda memang berasal dari sebuah
keluarga raja-raja agung di muka bumi.
Berkat
kewibawaan Sri Baginda, negerinya selalu aman tenteram. Seluruh kawula amatlah
patuh pada Baginda. Teptai, permaisuri Baginda tidak setia. Suatu hari
permaisuri bermain cinta dengan seorang punggawa keraton, termasuk kawula
baginda sendiri.
Tentu saja
baginda sangat murka. Dititahkannya pardan menteri untuk membunuh permaisuri
yang berlaku hina tersebut. Dan sejak saat itu baginda bersumpah tidak sudi
lagi mempunyai isteri yang bagaimanpun cantik jelitanya. Dimata baginda, semua
wanita merupakan makhluk yang rendah budi serta martabatnya. Tak seorangpun
wanita yang patut dimuliakannya.
Diam-diam
Baginda menyimpan dendam ini dengan rapi sambil merenungkan cara melakukan
pembalasan yang hebat bagi semua wanita. Akhirnya ditemukanlah cara tersebut.
Setiap sore, dititahkannya Perdana Menteri memanggil seorang gadis ke keraton
untuk menghibur Baginda pada malam hari, kemudian membunuh gadis tersebut pada
keesokan harinya. Perdana Menteri yang sudah tua itu pun sibuk dibuatnya.
Satu-persatu
kumisnya berubah menjadi putih karena tugas yang bertentangan dengan hati nuraninya.
Tapi tugas adalah tugas. Ia tidak boleh menawar. Apa boleh buat, sore mencari
gadis, pagi membunuhnya. Sore mencari lagi dan esok membunuhnya lagi.
Begitulah
tugasnya, terus menerus selama tiga tahun tanpa henti. Ia jadi ngeri melihat
dirinya sendiri, tiba-tiba berubah menjadi malaikat maut tanpa dikehendakinya.
Dan para kawula lebih ngeri lagi. Seluruh penjuru negeri Baginda dicengkram
rasa takut yang luar biasa. Baginda yang dulu dimuliakan, dijunjung tinggi
segeanp titahnya dan disayangi, kini ditakuti dan dibenci. Terutama oleh para
kawula yang mempunyai anak-anak gadis.
Namun
demikian mereka tetap tidak berdaya. Kawula hanyalah makhluk rendahan.
Suatu hari,
Perdana Menteri sebenarnya sudah amat jemu dengan tugasnya, dimaki
habis-habisan oleh Baginda Raja karena tak berhasil membawa seorang gadis pun
untuk menghibur baginda di keraton.
”Kamu mulai
berkhianat, apa mau mencoba menentang segenap perintah Rajamu?” bentak Baginda.
Nafasnya turun naik. Perut Baginda yang gendut bergerak seperti balon ditiup
angin.
”Ampun
beribu ampun Yang Mulia,” sahut Perdan Menteri takzim ”sungguh tak ada
secuilpun niat hamba menentang titah Paduka”
”Tapi
mengapa tak kau bawa gadis yang kupesan itu? Mengapa?”
”maafkan
sekali lagi yang Mulia, negeri Paduka ini sudah tak mempunyai gadis lagi,”
sembah Perdana Menteri. ”hamba telah berusaha sejauh hamba mampu, tapi tak
berhasi menemukannya,”
”Cari,
temukan dan bawa kesini,” bentak Baginda lagi ”Aku tidak peduli kau mencari di
puncak gunung mana, yang penting kau cari, dan dapat, kalau tidak, akan
kupenggal lehermu......”
Wajah
baginda nampak liar seperti serigala lapat. Dan Perdana Menteri yang gemetar
itu menunduk-nunduk untuk mencium kaki Baginda.
Siapapun tau lah artinya, yaitu bahwa sang Perdana Menteri masih ingin
tetap dalam jabatannya dan sikap membungkuk-bungkuk itu tak bisa diratikan lain
kecuali berupa janji setia pada Baginda untuk
berusaha lagi bagaimanpun sulitnya....
0 komentar:
Posting Komentar