الحمد لله على نعمه
فى أول الشهر من السنة الهجرة التامة, الذى جعل هذا اليوم من أعظم الأيام
الرحمة, أحمده حمد الحامدين, واستعينه أنه خيرالمعين, وأتوكل عليه انه ثقة
المتوكلين أشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده
ورسوله المجتبى وسيد الورى رحمة للعالمين. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد
وعلى اله وصحبه اجمعين وسلم تسليما كثيرا...اما بعد فياأيها الناس
اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.
Tidak terasa tahun akan segera berganti. Alhamdulillah kita masih
dapat bersama-sama menjalankan shalat Jum’at terakhir kali tahun 1434 H.
Marilah di akhir tahun kita tingkatkan ketaqwaan kita dengan
mengingatkan diri kita akan berbagai kesalahan yang telah kita kerjakan
dan bertekad untuk tidak terulangnya pada tahun mendatang. Imam Qusyairi
pernah menyatakan delapan hal yang dapat menghantarkan seseorang menuju
ketaqwaan, yaitu:
Pertama, At-Takharruzu anil Makhawifi menjaga
diri dari segala sesuatu yang ditakuti. Diantara hal yang ditakuti
adalah siksa kubur dan siksa neraka. Dengan kata lain At-Takharruzu ‘anil Makhawifi adalah
menghindarkan diri dari berbagai hal yang menyebabkan diri kita
terseret ke dalam neraka. Dan juga menghidar dari segala yang
menyebabkan diri tersiksa di alam kubur.
Diantara beberapa hal yang menyebabkan seseorang tersiksa di alam
kubur adalah masalah-masalah yang dianggap sepel tetapi memiliki efek
cukup besar. Dengan jelas diterangkan oleh Rasulullah saw bahwa
kebanykan orang disiksa kubur karena menyepelekan percikan air kencing.
Artinya, air kencing yang samar di mata, tetaplah najis. sekecil
apapun titikan air itu jika mengenai pakaian tentunya akan merusak
shalat kita, jika pakaian itu dikenakan dalam shalat.
Hal lain yang juga menyebabkan siksa kubur adalah kebiasaan mengambil
‘mengutil atau bahasa Jakartanya ngembat’ barang yang bukan haknya.
Seperti mengambil sandal yang dianggap tidak terpakai dari masjid atau
mengambil bunga milik kelurahan atau RW untuk ditanam di rumah sendiri
tanpa sepengatahuan yang berwenang. Dua kasus berikut akan menggambarkan
penyebab siksa kubur.
Pertama kisah dari Nabi Isa ketika beliau sedang berjalan
melewati sebuah kuburan. Terdengar suara orang meregang kesakitan.
Dengan mu’jizat yang dimilikinya, Nabi Isa pun kemudian menghidupkan
kembali orang yang berada di dalam kubur tersebut. Lalu beliau bertanya
“apakah kesalahan yang engkau perbuat, sehingga Allah menyiksamu di alam
kubur seperti itu?”
Lelaki itupun menjawab “semenjak kedatanganku dalam kubur ini, Aku
telah mendapat siksa yang pedih akibat dari kelakuanku mengambil kayu
yang bukan milikku”.
“Seberapa banyak engkau mengambilnya?” pertanyaan nabi Isa. Lelaki
itu kemudian menjawab “tidak lebih besar dari sisa maknan yang menyelip
di dalam gigi”.
Cerita kedua dari Qirqiroh seorang yang telah dianggap anak
oleh Rasulullah saw. Begitulah ia dididik oleh lingkungan keluarga
Rasulullah saw. belajar bergaul dan belajar agama dari Rasulullah saw.
Oleh karena itulah ia dipercaya menjadi scurity, menjaga gudang tempat
penyimpanan barang-barang rampasan perang. Anehnya ketika datang berita
kematiannya Rasulullah malah menjawab ‘huwa finnar’ dia berada di neraka. Ternyata setelah diusut, Qirqirah pernah mengambil selimut dari gudang tersebut.
Demikianlah langkah pertama menuju ketaqwaan dengan menghindari dan
menahan diri dari keinginan memiliki. Apalagi memiliki barang yang bukan
miliknya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kedua, at-Tasmir Lilwadhoifi semangat melaksanakan
tugas-tugas keagamaan. Artinya giat menjalankan ibadah. Tentunya sesuai
dengan kondisi masing-masing. Bagi pelajar giat mencari ilmu, bagi
karyawan giat bekerja sesuai tugas, bagi seorang hakim semangat dengan
keadilannya, bagi pejabat dan pemimpin amanah dengan kepemimpinannya.
Kesemuanya itu jika diniatkan sebagai ibadah merupakan amal yang sangat
berharga.
Ibdah sebagai mana diterangkan oleh sebagian ulama cabangnya ada
tujuh puluh tujuh. Mulai dari membaca syahadat hingga mengambil duri
dari tengah jalan demi keselamatan orang banyak. Semangat inilah yang
akan mengantarkan kita menjadi orang yang bertaqwa
Ketiga, Hifdhul Hawasi menjaga panca
indera. Sesungguhnya berbagai macam godaan setan kepada manusia itu
masuk melalui pintu panca indera. Mata, telinga, mulut, hidung dan juga
kulit. Jika tidak dijaga dengan ketat semuanya bisa menjadi jalur
masuknya godaan-godaan setan
Keempat, Addul Anfas yaitu menghitung
nafas. Memang treatmen keempat jika tidak difahami akan terasa aneh.
Untuk apakah seseorang menghitung nafas. Lantas jikalau sudah terhitung
mau apalagi? Bukan, bukan sekedar menghitung yang dianjurkan, tetapi
menghitung sambil berpikir.
Saudara Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia,
Bahwasannya nafas yang telah masuk dan keluar tidak akan pernah masuk
kembali. Artinya udara yang kita hirup tidak pernah persis sama datang
untuk kedua kali. Bersama dengan kepergiannya telah berkurang umur kita.
udara itu seolah membawa sebagain nyawa kita, menggerogoti kehidupan
kita, detik demi detik. Dulu semasa kita masih berumur 20 tahun sisa
umur kita masih panjang. Tapi tak terasa nafas yang datang dan pergi
tiap saat itu seakan ‘menambah’ umur kita menginjak 60 tahun. Dan
sisanya pastilah tidak seberapa.
Oleh karena nafas sangatlah berharga. Umur itu bagaikan mutiara yang
tak ternilai. Hanya orang-orang bodoh yang mau menukarkan mutiaranya
dengan barang-barang rongsokan. Semalam suntuk di dalam diskotik
menikmati sampah-sampah hiburan. Berminggu-minggu di atas kapal pesiar
memuaskan kesenangan dengan berpoya-poya. Na’udzubillah mindzlik. Atau
berjam-jam di depan televisi memperhatikan gosip selebritis sedangkan
adzan magrib sudah berganti dengan adzan isya?
Memang di saat orang masih sehat, masih hidup nafas seolah menjadi
barang murahan. Tetapi ketika ajal menjelang, nafas sekali sungguh
berharga. Karena sekali itu kesempatan dapat diisi dengan tiga kali kata
Allah, Allah, Allah kunci keselamatan di akherat nanti. Sayangnya pada
saat itu seberapa banyak uang yang kau miliki, tidak akan mampu membayar
satu kali nafaspun.
Oleh karena itulah para sufi mengingatkan bahwa:
أفضال الطاعة حفظ الأنفس, دخولها وخروجها بذكر الله
Bahwa lebih utama-utamanya tha’at kepada Allah adalah menjaga
nafas. Yakni masuk dan keluarnya disertai dengan dzikir kepada-Nya.
Kelima, Tanzihul Waqti an Mujibatil Mu’zi artinya menjaga waktu
agar senantiasa bersih dari berbagai hal yang mendatangkan siksa Allah
swt. Entah itu bersih dari dosa, maksyiat dan berbagai macam kesalahan.
Dan mengisinya dengan segala kebaikan. Itulah langkas selanjutnya yaitu
keenam Hifdhul Birr yaitu menjaga kebaikan.
Maksudnya menjaga diri agar selalu berbuat baik. karena kebaikan itulah
yang akan menghantarkan kita pada kesuksesan bertaqwa, demi keselamatan
di dunia maupun di akherat nanti.
Awal tahun yang akan segera tiba adalah momen yang sangat baik untuk
diri kita mengawali langkah bertekad menjaga waktu demi waktu dari
segala kemaksiatan. Ada baiknya sejenak sebelum tidur, sebelum mata
terpejam kita menghitung dosa yang telah kita lakukan. Selanjutnya
setelah bangun tidur bertekad untuk tidak mengulanginya di hari baru itu
Ma’asyiral Muslimin Rahimkamullah
Maka secara otomatis ketika kita telah melakukan tanzihul waqti an mujibatil mu’zhi dan hifdzul birr, maka langkah ketujuh, Tarkul Wizri Meninggalkan berbagai kesalahan dan dosa.
Dan yang terakhir adalah Al-Ikhtima’ at-Tam ‘amma Yuskhitul Maula yaitu
diet menghindar dengan sepenuh hati apa yang dimurkai Allah swt. Diet
disini dimaknai dengan usaha penuh kesadaran meninggalkan yang
menyebabkan dosa.
Dalam usaha semacam ini dipraktekkan dengan melakukan uzlah
yaitu mengasingkan diri dari dunia ramai, dengan tujuan agar terhindar
dari dosa. Karena mayoritas dosa itu datangnya dari persinggungan kita
dengan keramaian. Bukankah seseorang akan cenderung diam ketika sendiri
dan cenderung membicarakan orang lain jika bertemu teman?
Demikianlah khutbah jum’ah kali ini semoga Allah memberikan kesadaran
kita semua di penghujung tahun ini akan segala kesalahan dan dosa.
Sebagaimana perkataan seorang sufi kemaksiatan yang diikuti dengan
kesadaran dan merasa bersalah lebih baik dari pada ibadah dan amal saleh
yang membuat orang bangga dan sombong.
اللهم ربنا اصرف عنا
عذاب جهنم إن عذابها كان غراما, إنها سائت مستقرومقاما, ربنا هب لنا من
أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما, بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
sumber : www.nu.or.id
0 komentar:
Posting Komentar